
Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengatakan secara keekonomian memang baik impor minyak saat harga anjlok. Namun menurutnya tetap harus mengutamakan produksi dari dalam negeri. Setelah pasokan dalam negeri terserap, baru dicek kapasitas penampungan dari dalam negeri. Jika tersedia baru tepat impor dilakukan.
"Kalau masih ada space utamakan produksi dalam negeri kalau ada space lagi tepat pembelian," terangnya, Selasa, (10/03/2020).
Djoko menerangkan, harga akan kembali normal jika produsen melakukan pengurangan produksi dan demand meningkat. Virus corona berdampak pada turunnya ekonomi dan anjloknya permintaan BBM.
"Dengan libur dan cuti bersama turis dalam negeri meningkat, demand BBM (meningkat) negara lain melakukan nggak yang sama? Produsen kurangi produksi, akan kembali normal," imbuhnya.
Lebih lanjut dirinya mengatakan cadangan operasional BBM nasional saat ini untuk memenuhi kebutuhan selama 20 hari. Dari pihak DEN menurutnya tengah menyusun agar cadangan energi ini bisa lebih lama.
"Dewan energi nasional itu sedang menyusun CPA (Central Processing Area) cadangan tenaga energi nanti berupa Perpres yang sudah dalam draft final ini tergantung daripada infrastruktur yang ada," jelasnya.
Menurutnya jika tidak tersedia infrastrukturnya maka akan dianggarkan untuk membangun depot-depot. Belum ada kepastian juga apakah cadangan akan dipenuhi dalam jangka 60-90 hari. Karena tergantung dari persediaan anggaran dan kerjasama dengan badan usaha yang jual BBM.
"Kalau nggak ada infrastruktur kita harus sediakan anggaran untuk bangun depot-depotnya dan seberapa lama kita harus memenuhi cadangan tenaga energi ini apakah 1,3 bulan apakah 60 hari, 90 hari tergantung dari persediaan anggaran dan kerjasama dengan badan usaha yang jual BBM," ungkapnya.
Direktur Eksekutif Indonesian Petroleum Association (IPA) Marjolin Wajong menyarankan agar pemerintah tidak mudah mengeluarkan kebijakan impor. "Lebih baik kita usaha sekeras-kerasnya mengembangkan industri migas dalam negeri dibandingkan impor," ungkapnya dalam diskusi iklim investasi, Rabu, (11/03/2020).
Menurutnya jika pemerintah memilih jalan impor maka akan banyak uang yang keluar, kita hanya mendapatkan minyaknya saja. Sementara jika pemerintah lebih memilih mati-matian dorong industri migas dalam negeri, keuntungan yang didapat akan jauh lebih banyak.
"Kalau kita kembangkan di dalam negeri, uangnya datang dari luar nggak pakai uang pemerintah nanti dipotong dengan biaya-biayanya," imbuhnya.
Jika mendorong produksi migas dalam negeri maka belanja akan dilakukan di dalam negeri, negara juga dapat pemasukan dari pajak. Belum lagi akan banyak tenaga kerja lokal yang terserap, daripada hanya membeli minyak.
Dirinya tidak menampik jika akan tetap ada uang yang lari keluar negeri. Tapi manfaat yang didapatkan akan jauh lebih banyak.
"Mending mana meributkan persentase membiarkan kue yang kecil apa fokus ke dapat kue yang besar. Walaupun persentasenya kecil kalau kuenya gede kan semua dapat besar," jelasnya.
(dob/dob)
"obral" - Google Berita
March 13, 2020 at 11:51AM
https://ift.tt/33dsLQ5
Arab Obral Harga Minyak, RI Mau Borong tapi Tangki Tak Cukup - CNBC Indonesia
"obral" - Google Berita
https://ift.tt/2T6flSP
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Arab Obral Harga Minyak, RI Mau Borong tapi Tangki Tak Cukup - CNBC Indonesia"
Post a Comment